Sunday, February 18, 2007

22 JAM YANG MENYIKSA

Ceritanya sih sebenarnya udah relatif lama lebih setahun yang lalu tepatnya Desember 2005. Jadi ceritanya aku ama temanku Mujazin ikut tur ICCR untuk yang musim dingin,oh iya, ICCR itu organisasi kebudayaan pemerintahan India yang ngasi bea siswa ke aku makanya bisa terdampar dinegeri Rabindranath Tagore. Memang biasanya setiap tahun ICCR ngadain tur wisata untuk mahasiswa asing yang ada di India sebanyak dua kali, sekali musim dingin dan sekali lagi musim panas. Lumayan murah cuma perlu bayar Rs 2000 ato sekitar Rp 400.000,- kalo kursnya Rp 9000,- bisa jalan-jalan ke daerah-daerah wisata India. Nah aku ama temanku itu dapat paket yang untuk Madhya Pradesh.


Kami di kasih tau untuk ngumpul di Gwalior, Madhya Pradesh pada hari yang udah ditentuin. Nah inilah awal ceritanya dapat siksaan selama 22 jam. Kalo naik kereta api dari Hyderabad ke Gwalior itu kurang lebih sekitar 22 jam. Susahnya waktu itu lagi musim liburan jadinya sulit untuk dapat tiket kereta yang ada bangkunya, kalomo dapat bangku minimal mesti booking dua tiga minggu sebelum tanggal keberangkatan. Yang nambah masalah lagi kami baru dapat kabar kalo kepilih di paket yang Madhya Pradesh cuma sekitar seminggu sebelum berangkat makanya jadi kacau. Jadi mau ga mau dibeli juga tiketnya yang tanpa bangku cuma dapat daftar penumpang cadangan. Terpaksa, abis sayang bisa jalan-jalan murah he...he... biasalah namanya juga pelajar jadi apa aja yang murah pasti disabet.

Jadilah akhirnya kami mesti naik kereta tanpa bangku. Pertamanya sih kirain agak gampang karena waktu aku ke Delhi beberapa bulan sebelumnya juga kejadiannya sama tapi nasib bagus ga lama bisa dapat bangku. Jadi kami nunggu kesempatan dapat bangku sambil berdiri di dekat pintu. Sialnya waktu kondektur kereta memeriksa karcis kami dikirain penumpang gelap dan mo didenda soalnya karcis nyelip ga jelas dimana. Untunglah setelah bongkar-bongkar tas dapat juga tuh karcis jahanam tapi tetap juga ga dapat bangku. Nyoba juga mo nyogok kondektur biar dapat bangku tapi ga berhasil juga bukan karena pak kondektur kebal korupsi tapi karena kalah cepat ama orang lain. Jadilah mesti bertahan terus di depan pintu mana bau lagi, soalnya sebelahnya toilet mana orang situ kalo buang air ga ngert nyiram, bangsat....

Lebih sialnya lagi malam. Namanya juga musim dingin, anginya... wuih udah kayak di kulkas aja perasaannya. Kirain ga gitu dingin soalnya ga ada salju. Kan kalo namanya musim dingin pasti ada salju kayak yang di TV-TV makanya ga bawa selimut.memang udah dibilangin ama kawan-kawan untuk bawa selimut untuk di kereta karena makin ke utara udaranya makin dingin. Tapi dasar batak keras kepala, jadi ga bawa selimut. Lagian gengsi lah masa anak mudanya mesti pake selimut kan kita kuat. Tapi apa dinyana dinginnya, aduh mak!

Trus ada lagi masalah, rokok! Di kereta dilarang merokok sedangkan aku ga tau yang banyakan mana ngepulin asap aku ato kereta apinya. Aku lebih tahan ga makan dari pada ga merokok biasalah namanya juga warga negara penghasil tembakau. Jadi kalo mo merokok mesti sembunyi si kamar mandi sambil nahan bau. Ah dasar sial! Gara-gara rokok ditangkap polisi kereta api. Memang sialnya ga abis-abis. Ketangkapnya sih bukan diatas kereta tapi di peron stasiun Jhansi padahal ku lihat banyak juga yang merokok tapi karena muka melayu jadi ketauan kalo bukan orang India, kesempatan jadinya buat pak polisi nambah uang untuk beli chai. Pertama dia mo denda Rs 1000 tapi aku pura-pura ga tau aja kalo di kereta dilarang merokok, padahal aku tau kalo ketangkap dendanya cuma Rs 500. Jadi terpaksa pakae ilmu turis, pura-pura ga tau. Tapi waktu dia bekeras mo ngedenda Rs 1000 terpaksa agak keras juga. Masakan dikiranya aku ga bisa baca. Dibawanya aku ke pamflet larangan merokok, nah disitu tulisannya denda cuma Rs 500, dianya minta Rs 1000. Jadinya sambil maki-maki polisi sial itu bayar juga denda Rs 500. yah minimal ada pelampiasan emosi bisa maki-maki polisi. Dia sih diam aja soalnya udah dapat uang, bangsat!

Untunglah! Memang orang Indonesia sial juga dibilang untung. Di Jhansi akhirnya dapat bangku walau cuma untuk dua jam. Memang Jhansi cuma sekitar dua jam dari Gwalior. Yah, lumayan bisa ngistirahatkan kaki karena udah capek berdiri, jongkok atau duduk dilantai beralaskan koran dari jam tujuh pagi sampai jam tiga pagi. Tapi ga berani tidur soalnya takut kelewatan stasiun. Dan jam lima pagi sampai juga akhirnya di Gwalior. Dinginnya? Lebih dingin!
Kalo mamakku tau nasib anaknya kayak gini di India, bias nangis dia!

Read More......

PUSARAN

Bayang-bayang yang jalang membentang
Menghalang memenuhi ruang
Seperti sirna hilang diujung petang
Layaknya pedang yang membelah padang

Benak bunyak kian melunak
Penuh pernak runtuhan dedak
Jejak-jejak wajah mendongak
Tak pelak akan meledak

Berkisar dan berkisar dan berkisar
Kerap berputar di dalam pusar
Biar dikejar takkan mencapai dasar
Hanya semakin besar rasa gusar

Walau menjerit seperti berderit
Kernyit dikening menjadi sembelit
Lari terbirit-birit sambil mencicit
Ujung arit tetap terselit

Suara gemuruh kian menjauh
Rasa jenuh semakin merengkuh
Warna peluh sudah berubah keruh
Meluruh dan meluruh hingga tak tersentuh

Pelita padam tak tinggalkan cerita
Suara-suara yang menyeruak dari tengah bejana suasa
Ditengah telaga, ditengah samudera atau disudut dunia
Berita yang sama membuai tanpa rasa

Mereka, mereka dan kita semua
Tenggelam dan terbenam di gelombang masa
Menggapai dan meronta
Melonjak menggaruk udara yang tak ada





Read More......

Thursday, February 08, 2007

HUSAIN SAGAR

Udah pernah ke India? Kalo blom paling tidakkan udah pernah dengar. Sekarang ini aku sedang belajar di India, tepatnya di Central Institute of English and Foreign Language (CIEFL)-Hyderabad. Tapi sekarang aku ga cerita tentang CIEFL tapi tentang Hyderabad. Waktu pertama kali datang kali datang ke Hyderabad perasaan agak bingung juga karena itu kali pertama aku berada di negeri orang. Kalau liat orang-orangnya sih ga bingung karena di umah juga aku punya beberapa tetangga dan teman keturunan India yang biasa disebut ‘KELENG’. Tapi gitu dengar bahasanya agak bingung karena terasa seperti bahasa dari planet di galaksi antah berantah. Bahasanya bukan seperti bahasa India yang kudengar di TV atau temanku yang ‘keleng bicara’. Bahasanya bukan Hindi, Tamil atau Punjab yang walaupun aku ga tau artinya tapi minimal sedikit akrab di telinga.


Bahasa yang umum dipakai di Hyderabad dan daerah sekitarnya adalah bahasa Telugu. Daerah-daerah yang bicara bahasa ini namanya Telengana di seputaran Andhra Pradesh. Nah, Hyderabad itu ibukotanya Andhra Pradesh yang termasuk salah satu negara bagian di ‘southern region’ India. dulunyyderabad sering dengar namanya tapi yang baru aku tau, rupanya Hyderabad itu kota kembar. Apa yang umum orang tau sebagai Hyderabad adalah gabungan antara Hyderabad dan Secunderabad, nah tempat tinggal ama kampusku itu di wilayah Secunderabad. Sampai sekarang ga bisa juga aku ngomong bahasa ‘planet’ ini mungkin karena lingkunganku biasanya make bahasa Inggris.


Waktu pertama kali disini ada perasaan bosan juga karena selama hampir 2 bulanan ga ada kerjaan, solahnya blom mulai. Jadi kerjaannya ya, kalo ga nonton TV, tidur. Sampe kawanku yang orang Uzbek ngajak ke Husain Sagar. Kirain Husain Sagar itu orang tua yang bisa baca masa depan karena di India banyak orang suci, jadi mana tau si Husain termasuk salah satunya. Tapi rupanya Husain Sagar itu nama danau. Uniknya danau Husain Sagar itu terletak tepat di tengah kota Hyderabad. Memang danaunya kecil kalo dibandingkan Danau Toba karena kalo ga salah garis tengahnya kurang lebih 1 km. Lumayan juga tempatnya untuk nyuci mata karena disekeliling danaunya banyak dibuat patung tokoh-tokoh legenda India dan ciri khas danau itu patung Buddha yang terletak di tengah danau buatan tepat di tengah-tengah danau.


Dari jauh juga patungnya bisa diliat karena besarnya, tingginya lebih 20m. Kalo mo ke pulau itu bisa naik ferry penyeberangan dan kalo punya uang lebih bisa nyewa speedboat sambil keliling-keliling danau. Kalo malas ke patung Buddha bisa juga duduk-duduk di trotoar sekelilingt danau, bukan duduk di bawah kayak gembel yang banyak dimana-mana di India tapi di bangku yang banyak terdapat di sepanjang trotoar. Paling enak ke Husain Sagar sore biar ga kepanasan ato kalo mau sambil makan bisa juga nongkrong di Eat Street di sebelah barat danau. Lumayan sambil liat matahari terbenam bisa milih macam-macam makananmulai dari makanan India sampe makanan import dan nikmati hembusan angin yang lumayan kencang. Cuma siap-siap aja karena kadang anginnya bau ga enak. Sayangnya danau Husain Sagar di pakai juga untuk nyalurin air kotor jadi yah maklumlah!

Sekali dalam setahun ada perayaan hari Ganesha, nah kalo Hyderabad pusat perayaan itu di Husain Sagar. Perayaannya sekitar pertengahan Agustus. Kalo suka kerumunan orang, event ini ga boleh dilewatin karena bisa ratusan ribu orang numplek di Husain Sagar. Ceritanya patung Ganesha yang udah selesain acara ulang tahunnya di pelosok kota di bawa ke Husain Sagar untuk dicemplungi ke danau. Biasanya 2-3 hari setelah acara selesai ikan-ikan yang ada didanau pada bematian karena patung itu banyak kandugan bahan kimianya.
Ada banyak lagi tempat wisata di seputaran Hyderabad kayak Birla Mandir, Golconda Fort, danau Nagarjuna Sagar, Ramoji Film City dan landmark Hyderabad, Charminar.

Read More......