Tuesday, July 03, 2007

DIAN YANG TAK KUNJUNG NYALA

Telah hampir dua minggu sejak menginjak kembali tanah kelahiran dan sepertinya harapanku saat jauh dinegeri seberang tidaklah menemukan hasil. Dulu saat akan pergi kepertapaanku banyak harapan besar kalau nantinya negeriku tercinta menjadi lebih baik daripada saat ku tinggalkan. Namun apa daya harapan cuma tinggal harapan.

Secara semesta, bangsa ini masih sibuk berkutat dengan yang itu-itu saja. Kebanyakan elite politik di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini masih sibuk tentang pembagian hasil 'kerja keras' mereka. Perkutatan para priyayi ini lebih banyak memberikan kemudaratan bagi para rakyat jelata tanpa ada fungsi konkrit ditataran bawah.


Para rakyat besar digedung besar lebih sibuk dengan tarik ulur untuk memanggil pemangku amanat karena keberpihakan melawan negaeri lain, sedangkan masih banyak atap-atap bocor dan dinding-dinding bolong dipadepokan-padepokan dipelosok negeri. Masih banyak kurcaci-kurcaci kecil yang membelitkan tali dileher karena upeti kepada sang empu tak dapat terpenuhi.

Sekarang begitu banyak masalah kecil yang dibesar-besarkan dan masalah besar yang dikerdilkan. Hanya untuk menuliskan serat-serat untuk mencari pengganti mereka, para duta-duta rakyat meminta tambahan untuk tembolok mereka. Sedangkan orang-orang yang mereka suarakan harus mengetatkan sabuk mereka karena untuk mendapatkan sepiring dahar harus semakin banyak mengeluarkan pundi-pundi yang semakin mengecil.

Para raksasa penculik bayi yang lari ke seberang lautan atau bersembunyi dibalik lebatnya hutan persada belum juga dapat ditemukan. Bahkan saat mereka berjalan diterang bulan, tangan-tangan punggawa negeri tak juga dapat menjamah para raksasa itu. Bayi-bayi yang seharusnya dapat menjadi sesajen untuk kebaikan desa juga hilang tak jelas dimana rimbanya. Yang tertinggal hanya orang-orang desa yang ketiban sial karena harus mencari sesajen baru.

Dan jika harus dirunut terus, begitu banyak soal yang tak selesai dan mengkin takkan selesai.

Ditataran bumi, saat ku menjejakkan kaki di persada nusantara begitu banyak kerusakan dan kemunduran disepanjang pertapakanku. Pembangunan seharusnya merupakan kegiatan yang menunjukkan hasil atas sesuatu yang dibangun. Tapi disepanjang pertapakan yang terlihat hanyalah keadaan yantg semakin hancur.

Dian yang tak kunjung padam sekarang seakan menjadi dian yang tak kunjung nyala. Dan semakin banyak terlihat mereka-mereka yang berjalan tertatih-tatih ditimpa beban yang semakin berat tak berkurang. Nyiur-nyiur memang masih tetap menari gemulai tapi gemulainya bukan karena estetika seni tapi karena memang terpaksa untuk mengirit tenaga.

Memang sepasang putaran matahari bukanlah waktu yang panjang. Untuk semut mungkin jangka itu terasa panjang dan lama. Tapi untuk mereka yang berjalan dengan dua kaki dan tubuh yang ditutupi secarik kain, masa itu adalah masa yang sangat pendek. Tapi mungkin cukup untuk menciptakan sedikit perubahan-perubahan baik dan juga sedikit kerusakan-kerusakan kecil.


Read More......