Wednesday, October 31, 2007

SUMPAH PEMUDA

28 Oktober sekali lagi diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda oleh seluruh bangsa Indonesia, khususnya para oleh kaum muda Indonesia. 28 oktober selalu digadang-gadangkan sebagai salahsatu tonggak awal kebangkitan rasa nasionalisme bangsa Indonesia yang pada saat itu maih berada dalam kungkungan pengaruh imperialis Belanda.

Pada peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-79 tahun ini ada sesuatu yang terasa baru walaupun dengan racikan bahan yang itu-itu saja. Bertempat di gedung Arsip Nasional dengan dimotori oleh Meneg Pora Adhyaksa Dault, elemen pemuda Indonesia sekali lagi mengungkapkan ikrarnya dengan nama Deklarasi Pemuda Indonesia. Dengan deklarasi ini para pemuda Indonesia para pemuda Indonesia pada hakikatnya ingin menyatakan bahwa sekaranglah saatnya tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini harus diserahkan kepada mereka. jargon ini bukanlah hal yang baru karena memang dari tahun ketahun keinginan yang sama selalu diutarakan.

Selalu dan selalu diungkapkan dalam setiap kesempatan bahwa bangsa yang ingin menjadi bangsa yang maju harus memberikan yang besar bagi kaum mudanya untuk bertumbuh kembang dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pemikiran mereka yang revolusioner dan inovatif, para pemuda memiliki kemampuan untuk merubah suatu tatanan masyarakat yang stagnan menuju arah yang lebih baik. Pemuda juga memiliki energi yang cukup untuk mewujudkan cita-cita inovatifnya jika dibandingkan dengan mereka-mereka yang digolongkan sebagai kaum tua.

Memang pada saat ini yang diperlukan oleh bangsa ini adalah peikiran inovatif yang berani dan mampu untuk mendobrak pragmatisme yang telah bercokol terlalu lama dan telah menjadi norma dalam tatanan kehidupan masyarakat terutama dibidang politik. Dan terutama dibidang inilah dibutuhkan pemikiran-pemikiran inovatif tersebut dan juga idealisme para emuda yang belum diwarnai oleh embel-embel ekonomi.

Dimanapun di dunia ini, politik selalu dianggap sebagai bentuk investasi yang diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang besar. Imbal hasil yang terbesar adalah terciptanya suatu tatanan masyarakat yang madani dan tercerahkan. Imbal hasil ini hanya dapat diraih jika kehidupan politik dianggap sebagai investasi jangka panjang yang hasilnya akan dapat dirasakan oleh generasi yang akan datang.

Namun di Indonesia dan umumnya negara berkembang, politik selalu dianggap dan diperlakukan sebagai bentuk investasi jangka pendek yang berorientasi ekonomi. dan untuk mendapatkan imbal hasil ekonomi inilah praktek ragmatisme politik berkembang. Dan demi pemenuhan imbal hasil ekonomi ini, pencapaian besar di masa depanlah yang pertama kali dikorbankan.

Setiap pergerakan dan keputusan politik hari ini seharusnya memberikan dasar-dasar yang lebih kuat untuk pergerakan dan keputusan politik di masa depan. Namun kebalikan dari apa yang diharapkan tersebut, banyak, jika tidak ingin disebut semua, pergerakan dan keputusan politik hari ini yang akan membatasi gerak dinamik kehidupan di masa depan.

Banyak keputusan-keputusan politik yang dikeluarkan dengan dasar pemikiran yang berandai-andai. Sebagai contoh adalah bahwa yang berhak untuk menduduki posisi di komisi-komisi yang berfungsi sebagai badan pengawas kehidupan bernegara adalah mereka-mereka yang berumur minimal 40 tahun tanpa ada batas atas. Jika dicermati lebih dalam, pembatasan ini tidak memiliki dasar pemikiran yang benar-benar solid. Diandaikan bahwa orang-orang yang berumur dibawah 40 tahun tidak memiliki kemampuan dan cukup pengalaman untuk mengemban tanggung jawab dalam komisi-komisi tersebut. Dan pada akhirnya, tanpa menuding orang perorang, komisi-komisi tersebut berfungsi lebih sebagai badan pengumpul pensiunan. Tanpa merendahkan kemampuan orang-orang yang dipilih untuk duduk dibadan-badan bentukan pemerintah tersebut, banyak dari generasi muda yang cukup memiliki kemampuan untuk menjalankan roda kehidupan kemasyarakatan.

Keterbatasan akses bagu kaum muda untuk melakukan perubahan di masyarakat secara signifikan akan melahirkan rasa gelisah diantara kaum muda tersebut. kegelisahan-kegelisahan ini menemukan jalan penyalurannya melalui jalur-jalur sub-altern society yang kental dengan paham sektarian fundamentalis dan primordialisme sempit. Partai-partai politik yang seharusnya berfungsi sebagai garis terdepan dalam menyuarakan aspirasi masyarakat terutama dalam hal ini generasi muda, lebih mengedepankan keinginan-keinginan elitenya untuk mempertahankan dan/atau memperebutkan hegemoni kekuasaan tanpa ada alih generasi ideologis.

Alih generasi ideologis harus lebih dikedepankan didalam lembaga politik yang ada saat ini sehingga pemimpin-pemimpin di masa depan memiliki idealisme dan integritas tinggi untuk menjalankan roda kemasyarakatan bukannya seperti yang berkembang saat ini dimana generasi muda yang berada dalam lembaga-lembaga politik tersebut dihadapkan dan dibiasakan dengan pragmatisme politik. Keterbiasaan dan penerimaan pragmatisme politik norma hanya akan menghasilkan pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak memiliki karakter.

Disisi lain, penyaluran aspirasi generasi muda melalui jalur-jalur sektarian dan prmordialistik juga akan menyebabkan keroposnya sendi-sendi kemasyarakatan. Pemimpin yang berpaham sektarian dan primordialistik hanya akan menjadi pemimpin yang berpikiran sempit tanpa dapat menerima atau resisten terhadap perbedaan dan perubahan-perubahan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka yakini. Pemuda seharusnya mendapatkan paparan yang seimbang terhadap paham-paham yang ada di masyarakat bukannya hanya terhadap satu dua paham yang eksklusif. Paparan inisangatlah penting dalam proses pembentukan pemimpin di masa depan agar para kaum muda ini mengetahui dan memahami secara menyeluruh kelebihan dan kekurangan dari setiap paham.

Kembali kepada keterbukaan akses bagi generasi muda kedalam kekuasaan mainstream, pencalonan independen merupakan salah satu jalur terbaik yang dimiliki generasi muda. Dalam sistem ini generasi muda dapat memajukan calon yang mereka anggap memiliki kemampuan dan dapat membawa aspirasi mereka untuk perubahan. Dengan jaringan yang mereka miliki dan kriteria-kriteria mereka yang mungki berbeda dari apa yang dimiliki oleh lembaga-lembaga pencalonan yang telah mapan, generasi muda dapat memberikan warna yang berbeda dalam dinamika kehidupan kemasyarakatan. Ciri khas generasi muda yang inovatif dan idealis merupakan nilai lebih yang dapat mereka tawarkan saat berhadapan dengan kemapanan.

Dari masa ke masa, dari zaman ke zaman, setiap perubahan selalu dimotori oleh kaum muda yang telah bosan menunggu datangnya perbaikan. Demilian pula dengan bangsa Indonesia, selalu diwarnai oleh pergerakan kaum muda. Namun selalu saja hal yang sama terulang dimana visi jauh kedepan kaum muda ditunggangi dan dinikmati oleh pragmatisme yang menjadi norma dan kebiasaan. Oleh sebab itu dengan momentum Hari Sumpah Pemuda dan Deklarasi Pemua Indonesia, sekaranglah saatnya bagi para pemuda untuk bersatu padu guna mencapai perubahan signifikan kearah perbaikan dengan menghilangkan sifat pragmatis dan mengedepakan karakter yang idealis dan berintegritas tinggi.

HIDUP PEMUDA INDONESIA!



No comments: