Thursday, May 17, 2007

UNIK

Apakah ada yang dua hal di dunia ini yang benar-benar sama satu sama lainnya? Mungkin banyak yang akan menjawab ada namun aku yakin lebih banyak lagi yang akan menjawab tidak. Memang jika kita telaah secara mendetail takan ada dua hal atau benda yang ada di dunia ini yang benar-benar identik. Bahkan dengan peralatan yang paling canggih sedunia pasti ada perbedaan atas produk yang dihasilkannya. Mungkin dipermukaan kita takkan bisa menemukan perbedaan-perbedaan tersebut namun secara mikroskopik perbedaan itu pasti ada.

Itu untuk benda materiil, bagaimana dengan hal-hal yang manusiawi? Terhadap manusia, perbedaan antara yang satu dengan lainnya kan sangat kentara karena memang tidak ada manusia tang seratus persen identik dengan yang lain. Bahkan dua orang anak kembar yang berasal dari satu indung telur, tidak akan seratus persen sama.
Satu contoh yang paling mencolok dalam diri manusia adalah sidik jari. Sejak ditemukannya keunikan sidik jari diakhir abad 19, sidik jari menjadi alat utama untuk mengidentifikasi setiap individu dalam berbagai bidang.

Untuk pemikiran manusia itu unik antara satu dengan lainnya. Sebagai salah satu pembeda antara manusia dan binatang adalah kemampuan manusia untuk berpikir secara logis. Jika binatang lebih dituntun oleh instingnya sedangkan manusia dalam setiap keputusan yang dibuat hampir selalu dilandasi oleh pemikiran logis. Karena kemampuan untuk berpikir logis inilah kita semakin jauh dari binatang. Manusia mampu untuk menciptakan instrumen-instrumen bantu untuk memudahkan pekerjaannya. Mungkin sebagian binatang memiliki kemampuan untuk menggunakan instrumen sabagai alat bantu. Namun penggunaannya sangtatlah primitif.

Kemampuan manusia untuk menggunakan bahasa untuk berkomunikasi juga merupakan pembeda antara manusia dengan binatang. Namun secara phisiologis kemampuan untuk menggunakan bahasa ini juga membatasi kemampuan manusia untuk mengunakan fisiknya secara maksimal. Karena bahasa, manusia harus memaksimalkan penggunakan otak bagian kiri yang mengatur kemampuan logis, namun disatu sisi otak bagian kiri juga mengatur pergerakan fisik tubuh bagian kanan sehingga kebanyakan manusia lebih banyak menggunakan tangan kanannya dibandingkan tangan kiri. Sedangkan pada binatang terutama dari bangsa primata yang menurut Darwin merupakan ‘saudara tua’, pembagian fungsi otak ini tidak begitu dominan sehingga binatang memiliki kemampuan yang setara dalam penggunaan kedua bagian tubuhnya.

Kembali ke masalah pemikiran. Dari masa ke masa begitu banyak usaha untuk membuat pemikiran manusia menjadi satu dengan menghilangkan perbedaan pendapat di dalam anggota masyarakat. Terutama dalam masyarakat yang dipimpin secara otoriter. Dalam masyarakat ini, penguasa selalu berusaha untuk menyelaraskan pemikiran masyarakatnya sesuai dengan kebijakan penguasa.

Namun setiap usaha untuk menyelaraskan pemikiran ini selalu mendapatkan perlawanan baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Ada kalanya perlawanan ini akan menjadi pemenang namun ada kalanya juga perlawanan ini akan tenggelam dan terlindas. Segala usaha untuk mengajukan sesuatu yang baru kedalam struktur yang telah mapan baik secara waktu dan pengaruh merupakan usaha yang memerlukan daya yang sangat besar.

Empat ratus tahun yang lalu Copernicus mengajukan teori matahari sebagai pusat tata surya untuk mendekonstruksi teori lama yang menganggap bumi sebagai pusat tata surya. Usahanya itu mendapatkan kecaman yang luas baik dari masyarakat umum maupun kalangan cendikiawan. Perlawanan yang terbesar datang dari kalangan gereja yang memegang kekuasaan mutlak atas perkembangan pemikiran pada masa itu.

Seabad yang lalu, Einstein mengajukan teori Relativitas yang mendobrak anggapan umum tentang alam semesta. Teori Einstein yang mencoba membedah pengaruh gravitasi terhadap ruang dan waktu. Bagaimana ruang dan waktu dapat mengembang dan menciut sesuai dengan daya gravitasi yang mempengaruhinya merubah cara pandang kita terhadap alam semesta. Teori Newton yang menjadi landasan bagi setiap teori yang berhubungan massa materi selama ratusan tahun menjadi seperti kehilangan kharismanya saat berhadapan dengan teori Relativitas Einstein.

Dalam dekade 40an dan 50an, Alfred Kinsey mendobrak tabu lama yang menganggap bahwa diskursus mengaenai seks seharusnya tetap berada di luar ruang publik. Dengan dua bukunya, ‘Sexual Behavior in the Human Male’ (1948) dan ‘Sexual Behavior in the Human Female’ (1953) yang terkenal juga sebagai Kinsley’s Report, menjadi best seller, anggapan lama kehilangan cengkeramannya. Banyak yang beranggapan bahwa penelitian Kinsley tersebutlah yang memicu munculnya Sexual Revolution di era 60an walaupun ia sendiri tidak merasakan dan melihat revolusi ini.

Dan di era 60an, Derrida mengajegkan istilah ‘dekonstruksi’ yang pada akhirnya menjungkir balik semua tatanan pemikiran lama. Dimana ikatan terhadap struktur lama akan selalu dipertanyakan dan didesain ulang demi mendapatkan kebenaran dan menjaga adanya kebebasan dalam mentelaah dan membedah segala topik baik dalam tingkatan philosopis hingga tingkatan praktis.

Dan saat ini, dengan tulisan ini apa yang ingin ku dobrak dari tatanan yang telah mapan dan diterima umum? Kalau boleh jujur... TIDAK ADA! Alasan yang utama ungkin karena aku ingin menulis dan tidak punya bahan yang pasti. Nah, disitu juga letak perbedaan antara manusia yang satu dengan lainnya. Mungkin untuk manusia yang lain segala perbuatan dan karya haruslah memiliki alasan yang scientifik atau dalam bahasa kasarnya ‘mentereng’. Tapi tidak untukku, terutama untuk tulisan yang satu ini. Dan sekali lagi alasan utamanya lebih untuk menulis tanpa embel-embel lainnya. Terserah untuk yang membaca. Karena dalam setiap hal selalu ada perbedaan serta pro dan kontra. Jadi pilih yang mana? PRO atau KONTRA!

No comments: