Wednesday, April 04, 2007

BENDERAKU


Sebelum aku berangkat ke India dua tahun yang lalu, aku sempat ngobrol-ngobrol dengan salah seorang manatan dosenku tentang keadaan di India karena dia juga dulu sempat belajar di India. Waktu itu aku sempat bilang ke dia kalau aku takut nanti waktu di India pikiranku gak tenang untuk belajar karena saat itu mamakku mulai sakit-sakitan. Ya, walaupun aku sadar kalau aku bukan anak yang baik tapikan tetap saja namanya anak pasti mikirin orang tuanya. Terus dia ngasi saran untuk membawa pakaian mamakku ke India jadi kalau lagi mikirin mamakku ada yang jadi pengingat. Sarannya boleh juga tapi ku pikir-pikir aneh juga masa aku bawa-bawa pakaian perempuan nanti kalau ada yang tau apa dibilang orang, malah nanti takutnya dianggap ada kelainan pula aku.

Ku pikir-pikir memang aku perlu ada bawa sesuatu yang bisa ngingatinku akan keluarga dan lingkunganku. Akhirnya ku putusin untuk bawa bendera yang ada di rumah. Kan bawa bendera lebih aman daripada bawa pakaian perempuan. Jadilah akhirnya bendera itu ikut berangkat ke India bersamaku.

Merah-putih bendera negaraku. Sekarang jadi salah satu hiasan flat yang ku tempati. Bagus juga jadi alat ngenalin Indonesia ke orang asing karena setiap teman-teman dari negara lain datang ke flat pasti nanya kalau itu bendera Indonesia dan apa arti warna yang ada di bendera itu.

Selain jadi alat pengenal bangsa ada bagusnya juga kalau aku bawa bendera itu karena di Hyderabad aku satu-satunya pelajar Indonesia yang tak seberapa jumlahnya yang bawa bendera jadi waktu kami ngadain acara makan malam Tujuh belas Agustusan ada benderanya. Tapi acaranya cuma sekali diadain karena di tahun kedua pelajar Indonesianya semakin sedikit.

Bendera yang pada awalnya ku bawa untuk jadi tanda pengingat mamakku pada akhirnya lebih banyak mengingatkanku pada negaraku. Ku rasa aku lebih menghargai statusku sebagai warga negara setelah aku berada di negara lain. Yah, seperti orang yang pacaran, rasa rindu selalu lebih kuat saat sedang berjauhan, kurasa sama juga dengan perasaanku dengan Indonesia. Tapi sayangnya tidak semua memiliki perasaan yang sama denganku. Malah salah seorang temanku jarang mau mengakui kalau dia warga negara Indonesia saat berkenalan dengan orang dari bangsa lain. Lebih sering dia mengakui sebagai warga negara Malaysia karena di malu untuk menjadi warga negara Indonesia yang miskin dan selalu bermasalah. Padahal dari yang aku tahu tentang dia, secara ekonomi dan pendidikan dia berada diatas yang lain. Yang dalam artian lain dia lebih banyak merasakan nikmatnya menjadi warga negara Indonesia dibandingkan yang lain.

Sebagian lagi berusaha untuk tidak pulang ke Indonesia setelah selesai masa belajar yang dua tahun dan berusaha untuk dapat pergi ke negara lain daripada kembali ke Indonesia. Mereka sempat juga mengajakku untuk mencari visa dan pekerjaan di negara lain karena di Indonesia sulit untuk mendapat pekerjaan yang layak dan gak enak jadi warga negara Indonesia. Memang aku juga tahu kalau sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di Indonesia tapi itu bukan mejadi sebuah alasan untuk muak menjadi bangsa Indonesia.
Aku gak nganggap pendapat mereka salah atau pendapatku yang benar dan juga sebaliknya. setiap orang punya hak untuk memiliki pendapat pribadi. Mungkin kalau dilihat dari sudut pandang mereka, mereka yang benar dan sebaliknya jika dilihat dari sudut pandangku, mungkin aku yang benar. Bukankah salah satu tanda akan adanya demokrasi jika ada perbedaan pendapat. Tetapi dalam anggapanku salah satu alasan kenapa Indonesia memiliki banyak masalah karena banayak orang-orang yang ada di Indonesia sendiri tidak memiliki kebanggaan diri sebagai warga negara. Jadi bagai mana orang lain akan mengahargai kita kalau kita sendiri tidak menghargai siapa kita. Selain itu dalam anggapanku, orang yang lari pastilah orang yang salah ataupun kalah. Aku yakin kalau aku tidak termasuk dalam kedua kategori itu.

Bendera yang ku bawa ke India itu sekarang kondisinya, yah gak lusuh-lusuh kali tapi penuh dengan debu. Tapi nanti waktu ku pulang pasti akan ku cuci dan ku bawa kembali ke rumah.

“... lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita
bukan satu alasan untuk kita tinggalkan ...”
(Iwan Fals)

No comments: